Sumber daya manusia yang berkualitas
merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat,
makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa
terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa (2006:3) ”Setidaknya
terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan
agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga
kependidikan yang yang professional.
Guru yang professional salah satu
cirinya adalah guru yang mampu mengelola kelas dengan baik. Di kelas, segala
aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala
kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya;
kurikulum dengan segala komponennya; dan materi serta sumber pelajaran dengan
segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu serta berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang
terjadi
di kelas. Oleh
sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan
professional.
Pengelolaan kelas diperlukan karena
dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa
selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi
besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok,
sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas
selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional
siswa.
Ahmad (1995:1) menyatakan
“Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana
belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa
untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan”. Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar, untuk
mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu
mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga,
pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar
dan pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik
dan tujuan kurikuler dapat tercapai.
Made Pidarta (dalam Djamarah,
2005:172) “Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat
yang tepat terhadap problem dan situasi kelas”. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan
memelihara sistem atau organisasi kelas, sehingga anak didik dapat memanfaatkan
kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual. Sudirman (dalam
Djamarah 2006:172)” Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan
potensi kelas”. Kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang
keberhasilan proses interaksiedukatif, agar memberikan dorongan dan rangsangan
terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh
guru.
“Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran” (Mulyasa 2006:91). Sedangkan menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:177) ”Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas”. Ditambahkan lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah 2006:177) ”Manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah ”. Arikunto (dalam Djamarah 2006:177) juga berpendapat “ bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agardicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang seperti diharapkan”. Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran).
Berdasar pendapat para ahli diatas
maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk
mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah pada
penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi
atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler
dapat tercapai.
C.
Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Ahmad (1995:2) bahwa tujuan
pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1)
Mewujudkan
situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
2)
Menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3)
Menyediakan
dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan
siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa
dalam kelas.
4)
Membina dan membimbing sesuai dengan latar
belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
5)
Tujuan
pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya
terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan
fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan siswa belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan
sikap serta apresiasi pada siswa. Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178)
berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas
dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien.
D.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
“Secara umum faktor yang
mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern
dan faktor ekstern siswa.” (Djamarah 2006:184). Faktor intern siswa berhubungan
dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri
khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara
individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu
perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Djamarah (2006:185) menyebutkan
“Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat
dipergunakan prinsip-prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut.
1). Hangat dan Antusias
Hangat dan Antusias diperlukan dalam
proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu
menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2). Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara
kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk
belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3).
Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya
mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi
munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan
kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari
kejenuhan.
4). Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk
mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan
siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan
pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada
perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
5).
Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan
mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari
pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang
positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang
positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat
dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk
menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
6). Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas
adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya
menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru
harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam
segala hal.
1). Pendekatan Kekuasaan
Ciri yang
utama pada pendekatan ini adalah ketaatan pada aturn yang melekat pada pemilik
kekuasaan. Guru mengontrol siswa dengan ancaman, sanksi, hukuman dan bentuk
disiplin yang ketat dan kaku.
2). Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan
kelas bukan membiarkan anak belajar dengan bebas tanpa batas tetapi memberikan
suasana dan kondisi belajar yang memungkinkan anak merasa merdeka, bebas,
nyaman, penuh tantangan dan harapan dalam melakukan belajar.
3). Pendekatan Keseimbangan Peran
Pendekatan
ini dilakukan dengan member seperangkat aturan yang disepakati guru dan murid.
Isi aturan berkaitan dengan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan
guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas dan aturan
yang boleh dan tidak boleh dilakukan murid selama belajar.
4). Pendekatan Pengajaran
Pendekatan
ini menghendaki lahirnya peran guru untuk mencegah dan menghentikan tingkah
laku anak didik yang kurang menguntungkan proses pembelajaran. Peranan guru
adalah merencanakan dan mengimplementasikan pengajaran yang baik.
5). Pendekatan Suasana Emosi dan
Sosial
Goleman
(1995) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa belajar tanpa keterlibatan
emosional dan kegiatan saraf, kurang dari yang dibutuhkan untuk merekatkan
pelajaran dalam ingatan. Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan
proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan social yang
positif dalam kelas. Suasana hati yang saling mencintai antar guru dan
murid-murid penting dalam menciptakan hubungan social pembelajaran.
6). Pendekatan
Kerja Kelompok
Dalam pendekatan ini, peran guru
adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan
proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi
yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru
harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi
kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi
konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
7). Pendekatan Elektis atau
Pluralistik
Pendekatan elektis (electic
approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali
atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi
yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin
dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan
dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan
pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan
suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan
efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai
dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas
disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar
berjalan secara efektif dan efisien.
Komponen-komponen keterampilan
pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan
pengembangan kondisi belajar yang optimal (Djamarah 2006:186).
Keterampilan yang berhubungan
dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal terdiri dari
keterampilan sikap tanggap, membagi perhatian, pemusatan perhatian kelompok.
Keterampilan suka tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara
seksama, gerakan mendekat, memberi pertanyaan, dan memberi reaksi terhadap
gangguan dan ketakacuhan. Keterampilan memberi perhatian adalah dengan cara
visual dan verbal. Tetapi memberi tanda, penghentian jawaban, pengarahan dan
petunjuk yang jelas, penghentian penguatan, kelancaran dan percepatan,
merupakan sub bagian dari ketrampilan pemusatan perhatian kelompok.
|
H.
Penutup
Guru memiliki andil yang sangat
besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan
mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah
proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua
komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal
guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran
dilaksanakan.
Keberhasilan
guru mengajar di kelas tidak cukup bila hanya berbekal pada pengetahuan tentang
kurikulum, metode mengajar, media pengajaran, dan wawasan tentang materi yang
akan disampaikan kepada anak didik. Di samping itu guru harus menguasai kiat
manajemen kelas. Guru hendaknya dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas yang menguntungkan bagi anak didik supaya tumbuh iklim pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa
pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas
dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas.
Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
I. Referensi
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta,
Jakarta.
Faturrahman, Pupuh dan M. Sobry
Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar
melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. PT Refika Aditama,
Bandung.
http://meilanikasim.wordpress.com/2010/04/12/makalah-manajemen-kelas/
http://one.indoskripsi.com/node/10486
Sutikno, Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif, Apa dan Bagaimana
Mengupayakannya, NTP Press. Mataram.
Sardiman. 2004. Strategi Belajar Mengajar. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Rachman,
Maman. 1998. Manajemen
Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar